Rumah kakek Buntang, yang tinggal sebatang kara di Luwu. |
Padahal ratusan hingga miliaran rupiah dianggarkan oleh Pemerintah Pusat untuk mengentaskan Kemiskinan namun hal tersebut belum terwujud.
Salah seorang warga Desa Lare-Lare, Abd Salam, tidak begitu menikmati program Pemerintah pusat hingga daerah yaitu jaminan hidup hingga keadilan sosial.
Pria parubaya yang berstatus Kepala Keluarga yang hidup bersama istrinya ini, harus merawat kedua anakanya yaitu Nita (32) dan Sadli (28), yang mengalami gangguan jiwa selama bertahun-tahun ini. Selain itu, rumah dimana ia berlindung sudah tidak layak huni.
"Saya hanya berharap agar Pemerintah bisa juga bisa melihat kondisi kami, agar bisa di bantu. Selain itu, saya hanya bisa berdoa yang terbaik untuk kedua anak saya," tutur Abd Salam, Kamis 02/02/17.
Berbeda halnya dengan kakek Buntang, pria yang berumur sekitar 80 tahun ini yang berdominsili di Desa Toddopuli Kecamatan Bua, hidup sebatang kara dan tergantung pada belas kasihan orang lain.
Walaupun memiliki empat orang anak, namun tidak cukup untuk membantunya. Ia hanya hidup dari belas kasih tetangga dan juga warga lain yang hanya kebetulan melintas di depan rumah tempat tinggalnya, yang biasa memberikan makanan atau uang.
"Saya hanya hidup sendiri, tidak pernah mendapat bantuan pemerintah, beras raskin harus punya uang 25 ribu rupiah baru bisa di beli, biasanya saya hanya di beri bantuan sama tetangga dan warga yang kasihan liat saya," tutur Buntang.
Sementara itu, Gubuk yang ia tinggali bukanlah miliknya namun milik seorang petani, tepatnya pak Buntang hanya numpang tinggal. Gubuk yang hanya berukuran 3×4 meter persegi didiaminya selama empat tahun.
Buntang yang dulunya berprofesi sebagai petani ini sudah tidak mampu lagi mencari nafkah untuk dirinya sendiri karena sudah termangan usia. Kini dirinya hanya membutuhkan uluran tangan dan bantuan dari Pemerintah. (ilham)