Select Menu

Headline

Politik

Metro

Hukrim

Peristiwa

Video

Religi

» » » » Bertemu Ketua Demokrat Sulsel, Edy Maiseng Disupport Maju di Pilwalkot​ Palopo

Bertemu Ketua Demokrat Sulsel, Edy Maiseng Disupport Maju di Pilwalkot​ Palopo
Salam komando Ni'matullah (kiri) dan Edy Maiseng (kanan) di Makassar. 
MAKASSAR, TEKAPE.co – Dua kawan lama bertemu, melakukan silaturahim, Jumat malam 14 April 2017, di Cafe Lucky, di kawasan Pasar Hobi Perumnas Toddopuli Makassar. Keduanya adalah mantan aktivis pergerakan mahasiswa era 80-an.

Adalah Edy Maiseng, atau yang akrab disapa Emas adalah mantan Ketua IPMIL Kotif Palopo saat itu yang melakukan reuni dengan H Ni’matullah Ketua DPD Partai Demokrat Sulawesi Selatan.

Ditemani sahabat-sahabatnya, Emas dan Ni’matullah menikmati obrolan lepas selama hampir kurang lebih 3 jam.

Rupanya reuni tersebut bukan sekadar kangen-kangenan biasa, karena mereka juga saling tukar pikiran, mulai dari soal kepemimpinan nasional, pilgub, hingga merembet ke soal Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Palopo 2018.

Yang menarik, adalah adanya kesamaan ide dan gagasan bagaimana mendorong partai politik kembali ke khittahnya semula.

“Saat ini parpol cenderung pragmatis. Tak lagi punya ideologi. Kita kesulitan melakukan kaderisasi, karena parpol masih dianggap perusahaan politik, pemilihan legislatif misalnya, parpol tidak punya calon dari internal sendiri karena parpol juga masih mengejar popularitas dan isi tas,” terang Wakil Ketua DPRD Provinsi Sulsel ini.

Khusus untuk perhelatan Pilkada serentak 2018, secara eksplisit, Ni’matullah mengakui jika sosok Edy Maiseng sangat layak untuk ikut bertarung dalam Pilwalkot​ Palopo.

Adanya kesamaan visi misi dilatarbelakangi rekam jejak yang baik, menjadi alasan Ni’matullah mendorong sahabatnya ini untuk ikut bertarung.

“Partai Demokrat siap sebagai kendaraan politik EMAS, jika sahabat saya ini ingin ikut kontestasi Pilkada, tentu dengan pertimbangan-pertimbangan matang yang secara prosedural memenuhi syarat, yakni kesamaan visi misi, elektabilitas, faktor rekam jejak dan program yang ditawarkan,” beber dia lagi.

Edy Maiseng sendiri menyahuti dorongan karibnya itu dengan bahasa sederhana. ”Saya tanpa rakyat bukanlah apa-apa, biarkanlah rakyat bersuara dan mengusung saya, setelah itu kita masuk lewat jalur Partai Politik. Alhamdulilah, respon kawan-kawan di beberapa parpol sangat positif, secara alamiah biarkanlah suara-suara di akar rumput tetap tumbuh, pada akhirnya kelak akan bermuara pada figur yang mereka kehendaki,” ucap Emas.

Sebagai seorang sahabat, keduanya sudah saling mengenal karakter masing-masing, sehingga niat baik untuk mengubah keadaan saja dirasa belum cukup.

Ni’matullah sepaham dengan keinginan Emas untuk mendorong demokrasi pada track yang benar meskipun tantangannya tidak mudah, soal money politic misalnya.

“Kita tidak bisa mengelak jika tatanan dan sistem kita sudah amat rusak, bukan rahasia umum jika ongkos politik menjadi tinggi karena kapitalisasi suara rakyat masih dihargai dengan rupiah, dengan uang. Problemnya sekarang apakah elit dan kandidat masih ingin menghantam pola pikir yang keliru ini di Pilkada, demi pilkada, pileg dan seterusnya?” tanya Ni’matullah.

Untuk itu, lanjut dia, tokoh-tokoh dengan rekam jejak yang masih bagus seperti Emas sangat dibutuhkan dalam menghadapi tantangan dan persoalan bangsa ini ke depan. Jika bicara soal demokrasi, kita tidak bisa mengelak ikut membahas ekonomi, jika bahas ekonomi kita tidak bisa mengelak membahas soal penegakan hukum dan keamanan, dan seterusnya.

Intinya, tokoh-tokoh yang visioner, yang gagasannya bagus, ide-idenya brilian, aktif bermasyarakat sampai lapis paling bawah, itulah sebenarnya yang dikehendaki publik, dan parpol harus jeli melihat dan 'menangkap' tokoh semacam itu untuk diambil dan dibawa berkompetisi dalam pilkada, entah gubernur maupun bupati/wali kota.

“Partai itu harus bisa melahirkan tokoh, bukan memperebutkan tokoh,” tambahnya.

Senada, Saenal Sibulo, pemerhati politik, yang juga mantan aktifis pemuda menilai bahwa sosok Emas yang hingga kini belum terlihat pasang baliho, memiliki karakter kepemimpinan yang kuat.

“Bicara pemimpin hari ini pada level nasional hingga elit politik lokal kita disuguhkan lebih banyak pada gambar-gambar bukan pada rekam jejak, bukan pada prestasi, bukan pada pola pikir, ide dan gagasan, kepala rakyat masih disumpal dengan jargon-jargon politik, isu-isu kedaerahan, isu primordial, isu-isu agama. Sementara kita lupa bahwa rakyat sebenarnya sudah selangkah lebih maju dari pemimpinnya itu sendiri," tandasnya.

Di grass root mereka hidup berdampingan dengan damai, di kepala mereka yang ada cuma satu, hari ini mau makan apa, bukan hari ini mau memusuhi siapa. Bukan pula, hari ini siapa lagi yang datang mau bagi-bagi kalender, stiker dan sebagainya. (Rilis)

Diposting Oleh Tekape

TEKAPE.CO adalah portal berita atau media online yang berpusat di Kota Palopo. Media ini didirikan untuk menjawab kebutuhan akan informasi yang cepat dan akurat.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post
Comments
0 Comments

No comments:

Komentar Anda

Tinggalkan komentar untuk berita ini

Terbaru

Recent Posts Widget