Utami Ningsih Darwis. |
Menanggapi hal itu, Mantan Ketua Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Puteri (Kopri) Komisarit Universitas Andi Djemma (Unanda) Palopo, Utami Ningsih Darwis, menginginkan agar kongres tersebut bukan hanya membicarakan pemilihan ketua umum PMII saja. Namun yang paling krusial menurutnya adalah, PMII harus fokus membicarakan pengawalan kaderisasi.
"Kongres merupakan wadah tertinggi untuk sahabat-sahabat merumuskan proses pengawalan kader. Jangan hanya berfokus kepada pemilihan ketua pengurus besar saja," saran Utami, yang juga mahasiswi Fisip Unanda ini.
Ia juga menambahkan, proses pengawalan kader selalu menjadi bahan diskusi di tingkatan komisariat, yang jarang diakomodir oleh pengurus besar. Sedangkan tingkatan komisariat merupakan level dasar pengawalan kaderisasi di PMII.
Selain itu, ia juga mengatakan, arus globalisasi saat ini sangat mempengaruhi prilaku dan moralitas seseorang. Demokrasi selalu menjadi sistem dengan pengertian paradoks, lemahnya pengewejatan 'ahlussunnah wal jama'ah' bagi para kader-kader, merupakan permasalahan serius yang harus dibahas di forum tertinggi tersebut.
"Kami berharap bahwa, KONGRES nanti, dapat melahirkan rekomendasi yang pas buat proses pengawalan kaderisasi. Hari ini banyaknya organisasi yang hendak merubah falsafah Kebhinnekaan dan anti Pancasila, seharusnya juga menjadi pokok pembahasan. Sejatinya, PMII adalah benteng terakhir Keutuhan NKRI dan sebagai benteng Agama Islam yang memiliki kultur keindonesiaan," ujarnya.
Dalam kongres di Palu nanti, rencananya akan dihadiri dari seluruh kader dan anggota beserta alumni PMII se nusantara, dan yang rencananya akan dibuka langsung Presiden RI Joko Widodo.
Sekedar diketahui, PMII merupakan organisasi mahasiswa yang dilahirkan oleh beberapa aktivis muda Nahdlatul Ulama (NU) pada 17 April 1960 silam. PMII yang selalu berjalan beriringan dengan NU dalam menjaga kedaulatan dan kemerdekaan Negara Republik Indonesia. (lang)