Rongkong berjuluk Tana Masakke ini, punya kain tenun warisan yang dikeramatkan dan disimpan selama berabad-abad. Kain tenunan hanya dikeluarkan pada waktu-waktu khusus.
Kain tenun ini biasanya dipaka untuk menghiasi upacara adat, dikenakan pendeta dari kepercayaan kuno dan para sesepuh, atau mendandani penari-penari yang menarikan tarian sakral, serta untuk menutupi jasad orang yang dihormati.
Sakralisasi terhadap warisan budaya semacam itu, juga dapat ditemui pada tenunan asal Rongkong, yang dikenal dengan nama 'kain roto' dan tenun ikat.
Kepala Desa Limbong, Tandi Sule, Sabtu 3 Juni, menjelaskan, penenun kain Roto kini hampir punah. Bisa dihitung jari. Penenunnya kini hanya ada di Kampung Salu Rante Rongkong dan di Salu Bulo Kota Palopo.
Ia menyebut, tenun ikat terdiri beberapa jenis. Antara lain Pori Lonjong, Pori Situtu', Sora' Langi', Tali Tau Batu, Rindun Lolodan Luna.
Tenun ikat juga diproduksi dalam berbagai jenis penggunaan. Misalnya, kain kafan, seremonial, rok wanita, syal, penutup kepala untuk upacara, dan menjadi pusaka keramat.
Kain Batik Rongkong sudah menjadi batik khas Pemerintah Kabupaten Luwu. (jsm)