Kepala Dinas Kebudayaan Drs. F. Patuang, MM |
Hal itu ia ungkapkan, karena melihat kondisi nyata dimana budaya di Tanah Luwu mulai tergeser.
"Tak dapat dipungkiri bahwa pengaruh budaya asing bagi kehidupan masyarakat Indonesia dan khususnya orang di Luwu Utara,Luwu ,Luwu Timur,dan Palopo sudah sangat terasa pengaruhnya terutama di kalang anak muda," ucap, Kadis Kebudayaan Lutra, Drs F. P Patuang, MM.
Patuang mengungkapkan, kearifan lokal budaya lokal Tanah Luwu sangatlah besar misalnya Kabupaten Luwu Utara ada budaya Rongkong, Seko dan Rampi, di Luwu ada budaya Bastem, dan lainnya yg memang penduduk asli di Tana Luwu ini, semua budaya baik kesenian haruslah di lestarikan.
Menurutnya, salah satu langkah kongkrit yang harus dilajukan untuk menjaga dan melestarikan budaya orang Luwu ini yakni memperkenalkan sedini mungkin budaya dan sejarah Luwu terhadap generasi muda melalui bangku sekolah dan dengan sanggar- sanggar budaya.
"Sejarah dan nilai-nilai budaya Luwu sudah saatnya dimasukkan sebagai muatan lokal di sekolah- sekolah, mulai dari SD, SMP sampai SMA/SMK," ujarnya. Kamis 29 Juni 2017.
To makaka Rongkong ini, menuturkan, untuk menggali dan mengeksplor kekayaan Sejarah dan Kebudayaan Tana Luwu yang saat ini mulai tergeser dan terasing dari komunitasnya sendiri.
Maka Pemerintah yang ada di Tana Luwu melalui Dinas Pendidikan, dan Dinas Kebudayaan harus bersinergi.
"Masing- masing mengajukan langkah- langkah kongkrit untuk melestarikan kekayaan sejarah dan nilai- nilai budaya Tana Luwu," ucap, F. Patuang.
Selain itu, Patuang, juga menkhwatirkan maraknya kelompok atau orang-orang tertentu yang cenderung mempolitisasi sejarah dan kebudayaan.
Menurutnya, Jika hal ini dibiarkan terus menerus,maka sejarah dan kebudayaan Luwu akan mengalami keterasingan dalam masyarakat Tana Luwu itu sendiri.
"Untuk memasukkan sejarah dan kebudayaan orang lain Luwu sebagai muatan lokal pada sekolah- sekolah yang ada di Tana Luwu, maka hal ini dapat dibicarakan secara bersama dalam satu meja," terangnya. (Jsm).